I’m Back…

JSJS – Jaga Stamina Jaga Semangat adalah suatu program   Skolari di masa pandemic,  dimana peserta berlatih berlari secara mandiri dan rutin,  dipandu oleh pelatih secara virtual. Di  awal Januari 2021 saya mulai gabung JSJS bersama Valas. Di sini saya bertemu kembali dengan beberapa kawan lama dan banyak kawan baru di  whatshap group  tersebut.

Idul Fitri Run with JSJS’s member as support system

Jujur, saat mulai bergabung saya tidak punya target muluk, seperti ingin Half Marathon/HM, misalnya. Walau ketika sudah di dalam komunitas tersebut, saya mulai merasakan semangat teman-teman. Ada yang  sedang bersiap VHM, VFM dan atau mengejar PB (personal best).  Saya ingin menjalaninya mengalir seperti air saja.

Buat saya,  lebih utama adalah  ingin kembali ke  ‘track’ untuk bisa tetap konsiten  hidup sesuai moto yang sudah saya yakini: #menuadengankeren. It’s my journey. Inilah goals saya: menua dengan keren, ada tujuan untuk hidup untuk sehat lahir dan batin, jasmani dan rohani. Yang  lebih penting, menua dengan keren itu maknanya harus bisa mandiri dan tidak bikin susah orang lain, termasuk keluarga terdekat. Itulah spirit yang saya tetapkan sejak lebih dari sepuluh tahun silam.

Menua dengan keren…..

Nah, ngomongin tentang lari, terakhir laga  yang saya ikuti adalah Tahura Trail Run pada Januari 2020. Tak lama kemudian, pandemi hadir dan sempat mengacaukan rencana-rencana indah di dalam hidup.  Selama 2020 boleh dibilang saya ‘vakum’ lari, setiap hari bersama suami, kami hanya olga ringan: jalan keliling komplek, terkadang pagi, sering juga malam.  Paling jauh sekitar 5 km. Alhasil, ketika mulai menyelesaikan tugas harian lari JSJS, saya coba lari dengan pace keong 11,  Heart Rate (HR) atau detak jantung nya sudah merah: 147 (zona 5). Waduh… Harusnya zona aman saya di 98 – 129 (Z2-Z3).

Januari 2021: ini HR nya lagi emosi atau jam nya yang ngaco ya? hihi

Dari sinilah saya mulai berkenalan dengan cara lari ala  HR rendah (Z2 dan Z3) atau kami menyebutkan zona birjo (biru hijo). Dan mulailah  suka duka  saya menjalani tantangan Z2/Z3. Di satu sisi saya juga ingin angka pace nya mengecil, tapi di sisi lain HR harus dikelola di zona aman. Sebagai pelari gen colonial (begitu generasi milenials menyebut kami yang lahir di dekade 60an dan sebelumnya), kami harus berhati-hati menjaga HR dalam beraktifitas fisik, termasuk lari. Maklum ‘sparepart’ kami juga sudah mulai  aus, jadi perlu hati-hati mempergunakannya.

Tahu…. alat bantu menjaga mood.

Selama pandemi, apalagi ketika masuk ke PPKM, saya lebih sering berlari dan mengerjakan PR JSJS di dalam komplek. Nah, berlari di komplek ini lah tantangan saya. Idealnya lari itu di pagi hari, jam 6-8 saat udara masih segar dan sinar matahari masih asyik.  Tapi, pagi hari di komplek itu peak time, dimana kegiatan warga dimulai. Itu waktunya:  warga komplek ke /balik dari pasar, kang jualan ketoprak-buryam-burjo mulai keliling menjajakan dagangannya, petugas kebersihan juga mulai bertugas mengambil sampah warga. Dan dengan merekalah saya berpapasan saat berlari.  Bisa dibayangkan, jika lari dengan pace 11 (waktu itu) HR saya kebakaran,maka untuk bisa tembus  zona aman, saya harus berlari lebih ‘santun’ a.k.a pelan. Ketika  saya dengan ikhlas lari timik timik untuk memenuhi tuntutan zona itu, sejumlah sapaan pun muncul. “ayo bu, semangat larinya. Ayo tante semangat.” Itulah sapaan-sapaan rutin yang kerap  saya terima. Asli, sungguh, ini sempat bikin saya bete… hahaha. Sehingga saya pun lebih suka lari di sore hari, agar terhindar dari ‘sapaan’ yang terasa agak meruntuhkan semangat.   

Lari di komplek yang penuh ‘tantangan’ dan godaan….

Sebenarnya kondisi itu bisa disikapi dengan 2 respon sih. Positif, sebagai bentuk perhatian sekaligus penyemangat bagi saya untuk berlari lebih cepat (terlihat semangat). Atau negative: ini ibu larinya pelan amat sih…hehehe. Dan yang negatif ini memang sering jadi bahan candaan kami di wag, biar grup ramai dan seru.  Memang hal yang paling membahagiakan adalah ketika kita bisa menertawakan diri kita sendiri tanpa beban. Dan sapaan itu juga jadi salah satu semangat/pendorong untuk meraih ‘target’: lari di zona aman. Pelan-pelan pace mengecil. Lari di pace 10-11 tak lagi  ‘membakar’ HR, dan bisa menembus zona birjo.  Hal-hal kecil semacam ini, selalu saya syukuri.

coach Sam: Run… run… run

Program itu Harus Berbuah.

Bagaimanapun, program-program ini harus berbuah atau berujung, begitu kira-kira kata kuch. Beberapa saat lalu saya ikut mendaftar Virtual Run Pocari untuk HM, yang rencananya diadakan serentak 24 Oktober. Slow but sure, saya pun mempersiapkan diri untuk itu. Tetiba pada akhir September, saya menerima email dari Pocari, bahwa saya mendapat slot prioritas untuk ikut offline event nya di Bandung. Nah, ini tentu saja sangat menggoda. Setelah hampir 2 tahun – terutama setahun terakhir –  saya banyak ikut virtual run, tawaran untuk ikut race offline begitu menggiurkan. Kerinduan akan suasana   lari bersama yang lain di dalam sebuah race, kehebohan saat start dan kegembiraan saat masuk finish, memunculkan kegairahan tersendiri. Dan ini ngangeni.

Kangen juga bisa photo begini jam 4 dini hari

Haruskah saya abaikan tawaran ini? Tentu tidak. Tapi, wait, wait. Ketika saya baca ketentuan offline Pocari Run 2021: Cut Off Time (COT-target waktu) FM –  5.30 jam, HM – 2,30 HM dan 10K- 1.45 jam. Saya memang sedang on the way menuju HM, dan mendaftar Pocari Virtual untuk kategori HM, tapi ikut  HM di offline event nya dengan COT 2,30 jam, oh no, oh no.  Hitungannya tidak masuk sama sekali. Akhirnya setelah diskusi dengan kuch, saya memutuskan mendaftar offline event nya untuk kategori 10K.

Berdua mencicipi track 10K Pocari Offline Bandung

Singkat kata, walau tidak ekplonensial, tapi di Pocari run offline Bandung saya bisa memperbaiki rekor 10K yang lalu saat di Borobudur Marathon 2019. Waktu itu 10 K nya 1 jam 50 menit,  di Bandung kemarin 1 jam 37 menit, dan masih di bawah COT.  Patut disyukuri.

Banyak hal-hal kecil dan sederhana yang bisa disyukuri dan bikin happy

Setelah PB 10K, tantangan tugas 21,1 K pun menunggu. Memang seharusnya 21,1 K saya kerjakan pada 24 Oktober 2021, dan menurut kuch, tantangan ini harus segera dieksekusi. Jadilah jadual saya lari 21,1 K pada Jumat 12 November 2021 di Alam Sutra. Ini tanggal khusus kah? Nggak. Ini tanggal kesepakatan antara saya dan kuch: dimana saya merasa sudah siap, dan si kuch juga bisa menemani.

Tantangan 21,1 K kali ini lebih pada persepsi yang terbentuk dalam pikiran. Ini memang yang pertama buat saya HM, yang lazim disebut Virgin Half Marathon/VHM. Buat saya, kata virgin ini maknanya: yang pertama itu harus ideal, harus keren, karena ini yang dinanti-nanti.  Dan ini yang bikin saya agak stres. Tapi sekali lagi, motto: trust your training yang selalu ditulis dalam percakapan di skolari lumayan membantu menenangkan diri.

Coach Valas: Trust your training and never give up…

Di hari H, saya start jam 5.20, cuaca adem dan nyaman. Di 10 K pertama bisa melaju dengan pace rata-rata 9, agak mulai melambat di 5 KM ke 3. Kegalauan mulai terjadi di km 16 ke atas, dan saya sempat agak berkunang kunang saat berhenti minum di pos satpam.  Jadilah  1 pisang dan kurma untuk memperbaiki stamina.  Dan kuch Valas menemani saya  lari di km-km kritis  hingga finish. Tampaknya ia khawatir kalau saya “lose’ jadi sembari lari santai, dia terus aja ngajak ngomong  a to z.  Dari cerita tentang keponakannya di Padang yang hampir tergelincir di tangga, sampai bra yang enak untuk lari.  Alhasil tantangan ini akhirnya tertahlukkan, finish di Kopi TM Flavor Bliss dengan happy dan senyum. Disambut rekan pelari sepantaran: tante Puri, tante Devi dan tante Ida. Thank God. Jam G saya menunjukkan waktu tempuh 3 jam 46 menit. Not bad lah, masih di bawah 4 jam. Next time better.

We are running, eating and laughing.

Inilah journey saya kali ini, #menuadengankeren dengan berlari bersama teman-teman di komunitas JSJS Valas, sebagai support system. Komunitas ini berisi anggota dengan rentang  usia yang lebar,  dari kepala 2 hingga kepala 6. Range  pace nya pun cukup luas, ada yang  pace 5-6 hingga pace 11. Masalahkah? Tentu tidak.  Secara tak tertulis, prinsipnya: No matter how fast or how slow we run, and how old and how young we are,  yang selalu  guyub dan saling dukung. Padahal mungkin ada beberapa yang belum pernah saling bertemu di darat, tapi tetap bisa saling saut menyaut dalam candaan yang lucu, tapi kadang  juga garing.

Seru di online dan offline

Beberapa hari lalu, coach tanya: “next targetnya apa tan, aku bantu wujudkan”. Saya belum bisa menjawab lugas, walau dalam hati dan pikiran mulai ada  mimpi-mimpi ‘liar’ yang berlompatan.  Yang pasti, berlari dengan aman dan bahagia menjadi salah satu ‘kendaraan’ saya untuk #menuadengankeren. Karena berlari, selain  menyehatkan badan,  juga sebuah perjalanan untuk mengenal dan mengalahkan diri sendiri.  Tanpa itu, mustahil kita bisa berlari dengan aman dan bahagia.

Mengkalkulasi target yang akan datang?
Mempersiapkan ‘journey’ selanjutnya?

Mari kita #menuadengankeren, melakukan journey kita masing-masing, dan menikmatinya. Happy forever.

Note: Foto-foto yang ditampilkan adalah hasil jepretan kawan-kawan JSJS Valas, terima kasih. Maaf tidak bisa menyebutkan nama-nama pemilik jepretan ini.

Leave A Reply

* All fields are required