Tiga hari 2 malam jelajah kuliner Solo

Libur “kecepit” imlek enaknya kemana? Nama Solo tiba-tiba muncul setelah melihat beberapa promo event Solo yang cukup gencar di social media (Facebook dan twitter). Ide plesiran Solo ini disambut heboh ama teman-teman moms genk grup vokal Eklesia. “Kita pelayanan di gereja Solo sekaligus kulineran di sana yuk,” ujar salah satu mom bersemangat.

Begitulah ‘kehebohan’ pun berawal, dari menetapkan jadual, booking pesawat dan hotel, serta itinerary selama 3 hari 2 malam di Solo. Rombongan kali ini ada 13 orang yang semangat untuk jelajah Solo.

#wefie dulu sebelum terbang
#wefie dulu sebelum terbang

Kami berangkat dari Jakarta menggunakan Citilink (via Halim) yang memang hanya ada 1 x ke Solo, Jumat 20 April jam 13.45. Pilihan yang affordable dari sisi budget, juga dari sisi jadual dan ketepatan waktu. Di Solo, kami memilih menginap di hotel Ibis di  jl GajahMada 23. Hotelnya minimalis, masih relatif baru, affordable dari sisi budget, lokasinya ideal, dekat kemana-mana, hanya selemparan batu dari pusat nasi liwet Keprabon, batik Kauman, misalnya.

Selamat datang di Solo
Selamat datang di Solo

Tepat waktu demi makan

Day 1: Setelah check-in dan berganti baju yang lebih santai, maka jelajah kuliner pun kami mulai. Tujuan pertama adalah sate buntel di daerah Tambak Bayan. Warung sederhana, tanpa AC yang sudah eksis puluhan tahun.  Di sini kami kalap memesan beberapa jenis menu yang kebanyakan daging babi, plus galatin Solo yang endes.  Antara kelaparan dan masakannya emang enak, setelah sempat nunggu sekitar 30 menit, berpiring piring pun ludes dalam sekejab.

Mengawali kuliner Solo dengan sate buntel
Mengawali kuliner Solo dengan sate buntel

Usai makan, kami meminta sopir taksi untuk membawa kami melewati daerah Pecinan di Pasar Gede, yang menurut info di social media lagi bersolek ala Imlek. Hari sudah jelang magrib, tapi itu tak menghalangi semangat kami untuk berfoto foto di area Pasar Gede yang penuh dengan atribut imlek. Wow deh, mejeng di tengah jalanpun kami lakukan, asal bisa dapat gambar yang sesuai keinginan.

Kelenteng Pasar Gede
Kelenteng Pasar Gede
Heboh di tengah jalan demi ornamen Imlek
Heboh di tengah jalan demi ornamen Imlek

Puas berfoto ria, kami pun lanjut kuliner. Kali ini tujuan kami wedangan, dan sopir taksi merekomendasi aneka wedang Sri Rejeki di daerah  Soniten. Dan ternyata rekomendasi pak Bambang — nama sopir taksi tersebut — oke banget. Aneka wedangnya juga jajanan yang ada di situ enak semua. Ada wedang ronde, wedang kacang, sosis solo, pisang goreng, dan lainnya. Saya pun menghabiskan 2 mangkok wedang kacang, dan terpaksa skip aneka jajanannya yang full minyak semua. Hiks…demi.

Wedang kacangnya juara
Wedang kacangnya juara

Dari gudeg ceker sampai  soto gading

Wiskul day 1 terpaksa kami sudahi dulu,  karena kami sudah merencanakan untuk ke gudeg ceker pada esok jam 2 dini hari. Kendati begitu, sebelum istirahat, kami sempat mampir ke 2 buah toko batik yang ada di depan hotel. Ya begitula ibu ibu, dari lihat-lihat kemudian beli. Tak pernah keluar toko, dengan tangan kosong.

Sebelum masuk kamar masing-masing kami berjanji bertemu di lobi hotel jam 02.15, dan ternyata itu bisa kami tepati, pokoknya demi kuliner. Perjalanan dari hotel ke lokasi gudeg ceker di daerah Banjarsari kurang dari 10 menit. Dan beruntung, ketika sampai di lokasi, antrian belum panjang. Setelah menunggu sekitar 15 menit kamipun sudah memegang piring masing-masing. Pilihan kami adalah bubur gudeg, dan uenak sekali. Gak rugi deh bangun tengah malam untuk sepincuk bubur gudeg, yang rasanya sundul langit.

Bangun jam 2 untuk sepiring bubur yang mak nyus
Bangun jam 2 untuk sepiring bubur yang mak nyus

Day 2 Seusai nggudeg, Henny, ‘sang tuan rumah’  mengingatkan: “jangan lupa nanti jam 6 kita nyicip ketan bubuk dan nasi liwet di depan hotel ya”. Kali ini, mungkin karena nikmatnya gudeg ceker, jadi kami agak kesiangan. Jam 7 kami baru menyisir ke mbok penjual yang ada di trotoar depan Ibis. Stok ketan bubuknya tinggal 3 porsi, dan kami makan ramai-ramai: icip-icip. Ntah karena cuma sedikit atau gimana, tapi ketan bubuk yang ini memang enak. Biar puas juga, kami pun pesan nasi liwet, 1 porsi kami makan berlima, yaitu untuk icip-icip.  Lantaran belum puas makan ketan bubuk itu, kami pun pesan 13 bungkus untuk besok pagi.

Ketan dan nasi liwetnya layak dipoedjiken
Ketan dan nasi liwetnya layak dipoedjiken

Usai icip-icip, kami kembali ke hotel untuk bersiap aktivitas hari ke 2. Sesungguhnya dalam itinerary kami, sarapan hari ke 2 di Soto Gading. Dan sarapan kami undur jam 09.30. Begitulah kami semua terbiasa on time memenuhi jadual. Pada jam tersebut kami sudah ada di lobi Novotel (yang bersebelahan dengan Ibis) menanti mobil, sembari melongok butik Dowa dan Jonan yang ada di situ. Ternyata, dasar ibu-ibu, walau sekejab, sudah dapat belanjaan juga di ke 2 butik tersebut.

Soto Gading adalah salah satu kuliner Solo yang ngetop. Selalu penuh. Kendati datang pada jam nanggung, kami masih harus antri tempat duduk. Seorang pelayan sempat berbisik, “Kemarin bu Mega dan pak Jokowi makan di sini.” Selain sotonya yang memang endes, pas di lidah, kuahnya tak terlalu kental, aksesorisnya lengkap (baca: makanan sampingan)  Saya paling suka tempe gorengnya, dan rasanya itu cuma ada di Solo. Beberapa penganan lainnya yang saya juga suka di situ adalah: naga sari dan kue jagung. Maknyus deh.

Ke Solo ya kudu ke soto Gading
Ke Solo ya kudu ke soto Gading

Dari Bengawan Solo mengalir ke batik

Hari ke 2 ini kami ada jadual latihan jam 13 untuk persiapan pelayanan kami hari Minggu di GKJ Joyodiningratan. Jadi setelah selesai makan di soto gading, kami punya waktu sekitar 2 jam untuk berwisata. Dan saya tawarkan: “Yuk liat-liat Bengawan Solo dari dekat, photo-photo di sana.” Sebuah pilihan wisata yang tidak mainstrem.  Bisa berphoto di jembatan lama dan pinggir sungai, sembari minum kelapa muda, di siang bolong, pokoknya heboh deh.

Nggak percaya? Itu foto di pinggir & jembatan Bengawan Solo
Nggak percaya? Itu foto di pinggir & jembatan Bengawan Solo

Sebelum meluncur ke Joyodiningratan, kami sempatkan mampir ke pasar Gede untuk mencicipi es dawet selasih yang ngehits itu. Ke Solo tanpa nyicip es dawet pasar Gede itu mustahil. Jadilah kami ber 11 (yang 2 orang belum datang) blusukan pasar, rela antri untuk semangkok dawet. Dawet pasar Gede itu slalu ingatkan saya dengan masa kecil,  selalu diajak bude ke situ, kala saya berlibur di Solo.

Dawet selasih pasar Gede, jangan pernah dilewatkan
Dawet selasih pasar Gede, jangan pernah dilewatkan

Sesuai rundown hari ini, kami berencana ke Grosir Batik Ria di jalan M. Said, untuk membeli batik bagi ‘seragam” vocal group kami. Jadi, sore hari ketika formasi sudah lengkap 13 orang, meluncurlah kami ke sana. Batik Ria,termasuk yang  terbesar dan lengkap di Solo. Tempatnya nyaman berAC, harganya juga cukup reasonable, setiap pembelian dapat diskon 10%, dan kalau member bisa dapat potongan 20%.  Dan selama 2 jam kami pun kembali heboh memilih aneka batik di sana.

Puas belanja batik, giliran perut minta diisi. Jadual makan memang menjadi agak kacau, mana makan pagi, siang dan malam nggak jelas. Jadi kali ini kami ke resto Adem Ayem di jalan Slamet Riyadi untuk menunaikan makan siang sekaligus makan malam.

Saat menanti Karnaval Solo di Gladag
Saat menanti Karnaval Solo di Gladag

Oh ya, sesuai info yang ada, malam minggu ini di Solo ada karnaval dan festival tari dalam rangka 270 th kota solo. Jam 19.30 seusai mengisi perut,  sebagian dari kami menuju ke Gladag, untuk ikut bergembira ria menyaksikan pesta rakyat Solo. Sayang, kami tak sempat menyaksikan acara hingga usai, jam 21 kami memutuskan kembali ke hotel, persiapan untuk pelayanan pagi. Ya, kami harus bersiap berangkat ke gereja jam 5.30, artinya harus bangun jam 4.30. Sebelum tidur, seperti biasa saya perlu minum 1 sachet tolak angin, jamu andalan di kala badan lelah. Setelah itu biasanya saya bisa tertidur nyenyak, dan bangun dengan kondisi lebih segar.

Day3. Kami awali memenuhi tugas dan tujuan kami ke Solo: menyanyi di GKJ Joyodiningratan. Semua berjalan mulus, dan di sana kamipun dijamu sarapan pagi. Lho, makan lagi. Aroma soto ayam plus goreng tempe, karak yang sangat menggoda. Dan semangkok pun ludes, kali ini tanpa nasi. Ya…saya ingat bahwa kami masih punya ketan bubuk yang kami pesan dari penjual depan Ibis Hotel. Sayang kan kalau ga dimakan.

Menunaikan tugas pelayanan di GKJ Joyonegaran
Menunaikan tugas pelayanan di GKJ Joyodiningratan

Sekitar jam 9 kami kembali ke hotel dan bersiap untuk check-out. Masih ada waktu beberapa jam di Solo, jadi kami memutuskan untuk “menuntaskan” urusan belanja yang belum terpuaskan. Kembali menyisir konter dowa di lobi hotel Novotel, kemudian ke Batik Gunawan di Kauman. Agak beda dengan batik-batik yang sebelumnya (yang beli untuk oleh-oleh), di sini lebih up market dengan beragam pilihan yang sesuai selera.   Nah, di sini kembali kehebohan terjadi, pilih sana sini, coba yang ini dan yang itu. Jadilah, keluar bawa tentengan lagi.

Njajal mbatik di Batik Gunawan
Njajal mbatik di Batik Gunawan

Nah, setelah batik, maka toko roti Orion yang ngehits itu adalah tujuan selanjutnya. Di sini ibu-ibu langsung sibuk memilih aneka roti dan camilan untuk oleh-oleh. Alhasil, masing-masing dapat 1 dos, dan malah ada yang 2 dos. Di saat yang lain sibuk cari oleh-oleh, diam-diam para bapak sudah duduk di angkringan depan Orion, nyeruput es duren, yang memang pas untuk hari yang panas. Uenak.

Setelah dari Orion, lengkap sudah bekal kembali ke Jakarta. Saatnya mengisi perut,  untuk penutup jelajah Solo, kami memilih depot Nini Towong, daerah Widuran (jl Arifin) yang es nini towongnya (semacam es campur) ngehits. Kali ini kami memilih menu-menu yang agak kurang kolesterolnya: tahu acar.  Usai mengisi perut, sebelum ke bandara kami mampir lagi ke Sate Buntel Tambak Bayan untuk “menjemput” pesanan kami, lagi, oleh-oleh untuk dibawa ke Jakarta. Yaitu: sate buntel dan galatin.

'rombongan' baru yang kami bawa pulang ke Jakarta
'rombongan' baru yang kami bawa pulang ke Jakarta

Kami meninggalkan Solo, lagi, dengan citilink pukul 15.45, menuju bandara Halim Jakarta. Thanks God penerbangan lancar dan tepat waktu pulang pergi. Pelesiran di Solo 3 hari 2 malam, pelayanan yang diimbangi full kuliner ini (mungkin) menyisakan problem: nambah berat badan. It’s oke, sesampai Jakarta, kembali ke menu rutin: joging dan ngegym seminggu tiga kali, dan diet.

Leave A Reply

* All fields are required