Jika ditanya ke mana saya ingin ‘me time’, saya pasti akan menjawab: Yogyakarta atau Bali. Dua wilayah yang ada di top of mind saya, selalu ngangeni. Beruntung akhir Minggu ini saya berkesempatan menikmati ‘me time’ di Inaya Putri Bali, Nusa Dua, Bali. Sebuah hotel bintang lima dari Inna Group Hotel yang baru diresmikan oleh Menteri BUMN, Rini M Soemarno, pada 11 November lalu.
Namanya pucuk dicinta ulam tiba, dan sepertinya semesta merespon mimpi saya: ingin ke Bali, bermalas malasan sambil baca buku, menikmati laut, kungkum di kolam renang. Pada tgl 13 November saya dan 3 orang sahabat para alumni majalah SWA mendapat undangan dari Team PR & Marcomm Inna Hotel & Resort untuk menginap semalam di Inaya Putri Bali. Dan saya nggak punya ekspektasi macam-macam, kali ini hanya ingin menikmati Nusa Dua, santai, baca buku di pantai, istirahat setelah tiga hari sebelum nya kami jelajah Bali yg lumayan melelahkan.
Ternyata Inaya menyiapkan untuk kami bertiga masing- masing 1 kamar deluxe berukuran cukup luas dengan private pool (deluxe pool access room), plus full package including lunch and dinner. Wow surprise banget. Sesuai rencana : kami nggak ingin kemana-mana, cuma ingin menikmati tempat ini. Usai check in, saya berjalan jalan melihat dan menikmati suasana Inaya. Dapat sedikit cerita, bahwa arsitektur lobi yang nampak megah, open-air dimana setiap pengunjung yang datang dapat langsung menikmati seluruh area resor yang terbuka itu didesain oleh Ridwan Kamil. Desainnya unik, mengadopsi bentuk lumbung padi — yang dalam Bahasa Bali dinamakan Jineng. Detail atap dan tonggak-tonggak pendukung merefleksikan pentingnya peranan lumbung padi bagi masyarakat tradisional Bali, karena lumbung merupakan bagian penting dari kehidupan mereka.
Saya memang suka mencermati karya-karya seni arsitek yang unik dan inspiratif. “Buat referensi untuk bermimpi,” begitu selalu alasan saya. Iya, mimpi untuk memiliki rumah keren dengan arsitektur tradisional dengan sedikit sentuhan modern. Usai berjalan-jalan mencermati arsitektur hotel dan lanscape nya, saya ‘mampir’ sebentar ke pantainya. Malamnya kami menikmati makan malam di HOMAYA restaurant yg menghidangkan menu nusantara. Saya memilih ikan bakar dabu dabu. Appetizer nya, sesuai rekomendasi mbak waiter: makanan kayak Pepes udang, ntah gimana masaknya, kok enak bingits. Highly recommended. Suasana dinner makin seru ketika sekelompok pemusik menghibur kami dengan lagu Stand By Me nya Ben E King. Perfect dinner.
Kolam renang yang berada di samping tempat makan malam memang menggoda. Apalagi bulan malam itu begitu bulat seakan mengundang kami untuk menikmatinya. “Jadi 30 menit setelah makan, kita ke kolam ya,” ajak Yudi. Kami memutuskan untuk menghabiskan malam di kolam renang. Sepertinya memang pilihan yang tepat: kolam yang luas, bersih, tenang, kami bertiga ‘kungkum’ sambil ngerumpi ngalor ngidul di bawah sinar bulan. Jadi ingat film serial lawas Melrose Place, dimana para penghuninya suka kongkow di kolam renang di malam hari. Ups, jadi ketahuan generasinya kan….
Ini momen kebersamaan yang mahal, karena sejatinya kami sudah terpisah satu sama lain bahkan lebih dari sepuluh tahun. Selepas dari majalah SWA, masing-masing kami berkarier di bidang yang berbeda. Komunikasi memang masih terjalin, namun lebih banyak via media sosial. Sehingga kami memang tidak ingin membuang sedikitpun waktu yang ada, dan fasilitas keren yang tersedia. Saking asyiknya ngobrol di kolam, kami lupa bahwa sebelumnya kami berniat melongok ke Bistro resto untuk mendengarkan musik. Reriungan di swimming pool berakhir karena hujan. Alhasil kami tidur nyenyak dan niat untuk jalan pagi di pantai pun terganggu. Kami baru bangun jam 07.45 dan sudah mulai panas. Tapi lumayan saya masih bisa menyusuri pantai 30 menit.
Breakfast termasuk momen yang saya tunggu. Haiya, saya penasaran apakah makanan yang disajikan juga se’seru’ menu dinner-nya. Sayang saya bukan type yang bisa sarapan banyak. Biasanya saya hanya sarapan buah dan sepotong roti. Dan kali ini jadi dilematis menghadapi pilihan menu breakfast yang beragam dan menggoda. Evi sempat mencolek saya, “Ve, ada pisang goreng kayaknya enak tuh di pojok sana.” Ohhhh diet mana…diet mana….
Sambil menunggu saat check out, saya menyelesaikan wish list saya: membaca di depan kamar. Tetapi ternyata tak hanya itu. Air jernih private pool yang begitu menggoda, akhirnya saya pun nyemplung lagi, basah kuyup lagi. Me time kali ini boleh dibilang perfecto. Sayang saya melupakan 1 kebiasaan jika tinggal di sebuah hotel, yaitu mencoba layanan spa nya. Hiks…. Maybe next time.
Bagi saya me time kali ini bisa dibilang sempurna. Bisa menikmati kebersamaan dengan teman-teman lama, sekaligus ‘charge baterai‘. Kata orang sono: The right time and the right place. Dan kembali ke Jakarta dengan tubuh dan pikiran yang segar.
Photo-photo by Evi Puspa, Maulana Yudiman, Vika Octavia, Ventura Elisawati