Perempuan: Berbuat Sosial dan Bekerja dengan Internet

Melalui konten di internet, seseorang bisa berbuat sesuatu. Dari sekadar mencari kawan, bergaul, berbuat sosial untuk sesama, sampai mencari nafkah untuk menghidupi keluarganya. Ketika musibah Merapi berlangsung, internet terbukti menjadi salah satu media yang punya kekuatan. Dari internet tak hanya disuguhkan informasi tentang kondisi terkini Merapi, tapi juga evakuasi korban, keberadaan pos pengungsian, kebutuhan pengungsi, kurangnya relawan, dan bahkan perilaku aparat yang masih sempat “main-main” di tengah bencana.

Buku linimas(s)a ICT Watch
Buku linimas(s)a ICT Watch

Lalu apa bedanya dengan media? Media juga melakukan hal yang sama. Tapi, ada yang berbeda. Media melakukan karena itulah profesi wartawannya. Tapi yang dilakukan netizen – begitu sebutan orang-orang yang aktifitasnya di internet —  dalam musibah Merapi adalah inisiatif spontan warga negara dengan semangat untuk membantu sesama. Tentu masyarakat mengenal Jalin Merapi. Kelompok anak muda yang dibentuk tanpa perlu Pansus ini begitu intensif memberikan berbagai informasi seputar musibah merapi.
Bahkan tak cuma menyebarkan informasi –yang kadang dikutip—oleh media mainstream, tapi juga melakukan penggalangan bantuan, baik natura maupun non natura. Jalin merapi mau bergandeng tangan dengan pihak manapun dalam penyebaran informasi, pengumpulan bantuan, distribusi bantuan dan pengerahan relawan.

Berbuat Sosial
Mungkin banyak pihak yang tidak tahu. Tidak semua admin akun Jalin Merapi –di media sosial seperti Facebook dan Twitter– berada di markasnya, Yogyakarta. Ada seorang ibu yang berada Palangkaraya, yang melamar menjadi relawan Admin media sosial Jalin Merapi. Ibu ini tergerak ingin membantu karena ia merasa bisa berbuat sesuatu melalui internet untuk para korban Merapi, dan tentu saja untuk masyarakat yang ingin mendapatkan update informasi seputar Merapi.

Ibu ini selalu menghubungi posko di jaringan Jalin Merapi, kemudian dia menyebarkannya melalui akun Facebook dan Twitter Jalin Merapi. Dengan informasi yang selalu anyar, dia juga bisa menjawab berbagai pertanyaan masyarakat seputar musibah Merapi. Kegiatannya tak berhenti meskipun erupsi Merapi sudah berakhir.

Ketika banjir lahar dingin menerpa Yogya dan Magelang. Ibu inilah yang menjelaskan pertanyaan-pertanyaan masyarakat melalui akun sosial media Jalin Merapi. “Jalur Magelang-Yogya, putus. Di wilayah Salam lahar dingin menghancurkan jembatan dan menutupi jalan setebal 50cm,” begitu antara lain, dia melaporkan.
Internet telah memberi tempat bagi ibu ini untuk berbuat sesuatu. Konten di internet yang dia buat di sela-sela memasak dan mengasuh anaknya, telah menembus ruang dan waktu dan disadari atau tidak, telah memberi manfaat bagi sesama.

Atau seorang sahabat yang aktif di social media. Dengan kemampuannya menggugah kawan-kawannya di dunia maya, untuk berbagi ilmu, yang kemudian ia  ‘wadahi’ dalam akademi berbagi. Ini sebuah wadah berbagi ilmu secara gratis yang boleh diikuti siapa saja yang berada di dunia media sosial. Setelah berjalan beberapa bulan, kelas ini pun nyaris sudah menyerupai sebuah akademi betulan,  dan ilmu yang dibagikannya pun beragam, tak hanya soal social media.

Bekerja dengan Internet
Lain halnya dengan seorang sahabat yang saya kenal melalui dunia maya. Dia seorang ibu dengan dua anak, yang hidup dalam keluarga mapan. Dia ibu rumah tangga yang gemar menulis di berbagai situs, dia juga suka berbagi dalam banyak hal: dari cara mengurus anak, sampai melakukan aksi sosial membantu anak miskin. Tak heran dia memiliki puluhan ribuan teman dan juga fans di dunia maya.

Selama ini kebutuhan hidup keluarganya dipenuhi oleh sang suami. Namun karena suatu hal perkawinannya kandas. Hak mengasuh kedua anaknya ada padanya. Syukurlah dia orang yang kuat, yang tak mau hancur hidupnya setelah perkawinannya hancur.

Kemampuan menulisnya di berbagai situs di dunia maya, membangkitkan semangat hidup dan semangat menghidupi kedua anaknya. Dia bisa mendapatkan pekerjaan melalui berbagai konten di internet yang dibuatnya. Beberapa produsen mempercayainya untuk membuat ulasan produk. Berbagai bisnis jasa sosial media mempercayainya untuk menjadi influencer dalam berbagai kampanye. Tak jarang dia juga diundang untuk berbicara tentang konten dan jejaring sosial di internet.

Mereka, mungkin juga masih banyak perempuan-perempuan lain, tak pernah mengira bahwa konten internet dan internet itu sendiri, telah menghadirkan profesi baru bagi orang yang memiliki jaringan pertemanan yang positif. Profesi mengulas produk melalui blognya, memperkenalkan produk (endorser), influencer dan atau sekedar sebagai buzzer, adalah profesi yang baru, yang muncul seiring dengan pemanfaatan internet untuk komunikasi pemasaran. Dan profesi ini hanya bisa dimiki oleh seseorang yang memiliki banyak teman, serta passion, dan konsistensi dalam membuat konten di internet. Dengan kata lain, seseorang yang memiliki personal branding di dunia maya.

Membangun jejaring di dunia maya
Tentu untuk menjadi seseorang yang bisa berperan di dunia internet ini perlu proses dan juga konsistensi. Internet adalah medium tanpa batas yang bisa dimanfaatkan oleh siapa saja, gratis. Kalaupun berbayar, paling hanya untuk membeli biaya bandwidth yang kita langgani. Yang diperlukan kemudian adalah: bagaimana memanfaatkan medium ini, caranya” baik dalam memilih konten maupun memilih mediumnya.
Yang pasti, kebanyakan dari kita jika ditanya kenapa nge-blog, nge-facebook, jawabannya adalah untuk mengisi waktu dan menyalurkan hobi menulis, atau tak kurang juga yang karena suka ngerumpi. Prosesnya dari  ide tulisan yang “in” agar bisa mengundang komen, ditulis dengan apik, ditambah dengan ilustrasi foto atau gambar yang segar. Kemudian memilih medium yang pas untuk mempublikasikan ‘karyanya”. Bisa bikin blog, atau di facebook, atau di komunitas maya lainnya.

Ibaratnya orang bergaul di dunia nyata, untuk  membangun jejaring di dunia maya, juga perlu usaha dan ketelaten. Contohnya,  seorang pemilik blog juga harus rajin blog walking, bertandang ke blog-blog yang lain, meninggalkan pesan atau komen. Begitu pula di Facebook, tak cuma menunggu komen teman di status kita, tapi juga mesti rajin menyapa kawan yang lain,: memberi komen statusnya atau fotonya, memberi salam ketika kawan berulang tahun, dan sebagainya.

Tapi apakah membuat konten di internet mutlak hanya milik orang yang memiliki kemampuan menulis? Jangan khawatir. Konten di internet, tak hanya tulisan, di situ ada foto ada pula video. Hampir semua orang bisa membuat foto dan video, dari alat yang paling sederhana, yaitu fitur yang menempel di hapenya.
Seorang teman lama saya, jujur saja dia gaptek (gagap teknologi). Mengenal e-mail  baru ketika kantor menggunakan intranet. Dia juga tak pandai menulis artikel. Namun ketika facebook marak, dia tak mau ketinggalan, ikut membuka akun. Walau untuk itu perlu dibantu sana sini.

Memang tak gampang mengajari dia untuk sekadar membuat akun di facebook sekalipun. Namun akhirnya berhasil juga dia memiliki akun di facebook. Ratusan teman-teman sekolahnya bisa dia temukan di situs jejaring sosial tersebut. Setelah tegur sapa, dia ingin lebih dari sekadar bertegur, di ingin seperti yang lain, update status dan menampilkan foto-foto miliknya. Ini jadi masalah lagi bagi beberapa temannya, mengajarkan padanya untuk mengunggah foto dan melengkapi fitur tagnya.

Bosen dengan memajang foto dirinya, dia mulai memamerkan koleksi batik yang dimilikinya. Kebetulan dia memang penggemar batik, jadi dia bisa memberikan keterangan agak rinci tentang batik koleksinya. Dari corak batik, bahan, sampai asal batik dia sertakan. Kadang-kadang, saran bahwa batik seperti itu pantas untuk rok panjang, pendek atau blus. Ulasan dan foto yang dia tampilkan, tanpa disadarinya telah menjadi konten yang memberi manfaat, setidaknya bagi teman-temannya.

Percakapan tentang batik menjadi seru di wall-nya. Beberapa teman menanyakan di mana batik itu bisa dibeli, ada pula yang “maksa” batik koleknya agar dijual. Dari percakapan di jejaring sosial itulah, dia mulai mencoba menawarkan beberapa batik pilihannya. Foto tak lagi dia ambil dengan hape, tapi dengan kamera digital, hasilnya memang cukup bagus.

Tak disangka, usaha iseng-isengnya di internet ini mendapatkan sambutan. Awalnya memang hanya seputar kawan-kawannya saja. Tapi internet itu tanpa batas ruang, dalam waktu yang tak begitu lama, info dari wall ke wall, dari tag ke tag, menghasilkan viral yang luar biasa. Kini ia tak cuma mendapatkan banyak kawan baru atau penghasilan tambahan saja, tapi malah sudah ‘kebanjiran’ order batik melalui jaringan dunia maya.
Internet telah membuka kehidupan baru baginya. Dia tak mengira bakal jadi pedagang batik. Tapi kini dia telah melakoninya. Dia tak paham internet marketing yang sering di bahas dalam seminar-seminar di hotel berbintang, tapi dia sudah menjadi praktisi di dunia itu.

Dalam ‘bermain’ dengan konten di internet memang tak semuanya mulus dan berbuah lebat. Ada juga yang sudah mencoba berkali-kali masih nihil, bahkan juga gagal. Ada pula yang justru mendapatkan pengalaman kurang menyenangkan karena konten yang ia unggah di internet, seperti Prita Mulyasari dua tahun silam. Tentu saja, seiiring berjalannya waktu, yang berhasil juga jauh lebih dominan. Dan ini yang kemudian menginspirasi banyak pihak untuk masuk ke dunia internet. 

Yang pasti, untuk bermain dan mendapatkan manfaat  dari internet orang tak perlu mengerti atau ahli  teknologi. Justru yang penting punya konten yang akan disampaikan, dan itu bisa apa saja. Bisa pengalaman sehar-hari, kesaksian apa yang kita rasakan, pelaporan apa yang kita lihat, bahkan juga sekadar bertanya. Di era user generated content, itu semua bisa menjadi ‘bahan’ berita menarik untuk dibagi  melalui media kita sendiri. 

Tak beda jauh dengan pola konvensional, agar ‘khalayak’ online kenal dan tahu kehadiran konten yang baru kita unggah, ia perlu juga di’promosi’kan. Misal, melalui kanal-kanal media sosial lainya yang kita miliki. Intinya adalah bagaimana orang tertarik untuk datang ke ‘rumah maya’ kita, membaca dan bahkan menyebar luaskan informasi yang kita buat.

Nah,  karena internet ini sifatnya tanpa batas, ada hal-hal yang  sangat  penting yang perlu kita pahami, yaitu rambu-rambunya ‘hidup’ di dunia tanpa batas ini. Misalnya,  konten (tulisan, gambar ataupun video) tidak menyinggung perasaan orang lain, mendiskreditkan pihak lain, mengandung unsur SARA dan pornografi.

Internet, bisa jadi tak pernah menjajikan apapun bagi pemakainya. Tapi banyak pihak telah mendapatkan nilai dan manfaat ketika menyemai konten di internet. Jadi tak ada alasan untuk berhenti membuat konten di internet.

*Tulisan ini menjadi bagian dari 16 tulisan yang ada di buku @linimas(s)a.

Leave A Reply

* All fields are required