Anak & Internet

anak-internet.jpgInternet itu bermanfaat atau berbahayakah bagi anak-anak? Begitulah pertanyaan yang kerap hinggap di benak para orang tua.

Sebagian orang tua masih mengkhawatikan sisi negatif internet bagi anak-anaknya. “Internet itu berbahaya lho jeng,” kata seseorang seperti yang pernah kutulis di sini.

Kekhawatiran itu sempat menyeruak di sejumlah diskusi dalam rangka peringatan Hari Anak Nasional (HAN) pada 23 Juli. Wajar sih, karena buat anak-anak masa kini — terutama yang hidup di metropolitan — Internet itu ibarat teman mereka sehari-hari. Rasanya terlalu berlebihan kalau kita lantas menutup diri dari pengaruh Internet dari kehidupan ini.

Dirjen Pelayanan dan Rehabilitas Sosial dari Departemen Sosial, Mahmur Sanusi mengatakan, untuk menghilangkan kekerasan pada anak adalah dengan memperbanyak konten khusus anak-anak di Internet.

“Isinya seperti permainan, lagu dan gambar anak-anak,” ujarnya dalam jumpa pers yang berlangsung di Gedung Depkominfo Jakarta, Jumat pekan lalu.

Betul juga sih. Masalahnya, harus diakui bahwa Indonesia masih fakir konten lokal, apalagi konten khusus untuk anak. Inilah yang harus dipikirkan semua pemangku kepentingan. Bagaimana mempengaruhi seluruh stakeholders untuk mau berperan serta membuat konten yang bermanfaat bagi perkembangan anak Indonesia?

Aku yakin suatu saat kelak konten negatif itu menjadi minoritas di dunia maya. Jika saat itu tiba, maka persepsi orang bahwa dunia maya itu negatif, akan gugur dengan sendirinya.

Sebaliknya, bila yang getol mengisi konten di sana adalah orang-orang yang suka eksploitasi anak, seks, dan kekerasan, kita akan terus dihantui persepsi bahwa internet itu bahaya bagi anak-anak.
Makanya, ayo jadikan konten negatif sebagi minoritas di dunia maya. Caranya: berlomba-lomba memenuhi dunia maya dengan konten yang positif.

3 Responses

  1. 28 July 2008 at 6:57 pm

    Saya membayangkan ada seorang ibu yang bekerja di kantor, membuat sebuah blog tentang suka duka mengasuh anak dengan seribu satu perniknya. Ditulis dengan writing style yang berkarakter. Di-racik dengan renyah dan dengan gaya informal….bertutur secara personal dan intim tentang “the true life of being an ordinary mother”……

    Wow, that will be GREEATT. But then again, that’s just a dream.

  2. 2 August 2008 at 8:07 am

    Banyak orang berfikir bahwa untuk menjaga anak-anak dari pengaruh negatif, maka melarang anak- nya untuk mendekati sesuatu yang menjadi sumbernya. Dalam kontek internet misalnya, karena beranggapan internet itu negatif, maka melarang untuk tidak menggunakan internet.

    Ada pula yang membolehkan, tetapi dengan berupaya bikin filter, dari “pembatasan teknis terhadap computer”, sampai “filter moral”.. Semua itu untuk menjaga agar sisi nehatifnya bisa dihindari.

    Mengapa harus dibatasi? Mengapa harus dijaga? Bukankah bila pendidikan kita betul-betul baik, tanpa pakai filter-filteran, entah itu filter teknis ataupun filter moral, anak-anak kita akan bisa memilih sendiri mana yang positif dan mana yang negatif?

  3. 2 August 2008 at 1:04 pm

    Coba pakai http://www.OpenDNS.com bisa membantu blocking adult sites. Monitor browsing histornya, dan kasih saran situs2 ramah anak kecil.

    Dilarangpun malah menjadi2, apalagi anaknya bandel seperti saya 🙂

Leave A Reply

* All fields are required