Minggu lalu ada dua peristiwa besar yang menarik untuk dicermati. Pertama, pernyataan Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu yang meminta masyarakat memaklumi kondisi pasar akhir-akhir ini.
Mengutip harian Warta Kota, Mari mengakui departemennya kesulitan mengendalikan kenaikan harga berbagai barang kebutuhan pokok, meski pemerintah sudah menganggarkan Rp 500 miliar untuk program subsidi minyak goreng selama enam bulan ke depan.
Jika harga barang-barang kebutuhan pokok terus merambat naik, sebaliknya dengan barang-barang ICT. Harga barang-barang dan layanan di bidang ICT justru makin turun, dan nyaris nol. Lihat saja pulsa prabayar layanan selular, terus turun. Bahkan operator yang mengklaim memberikan tarif termurah sudah memberikan tarifnya Rp 0.
Lalu tawaran bundling ponsel, dan servisnya yang kini harganya kurang dari Rp 300 ribu. Begitu pula tarif internet, yang terus dikoreksi, seiiring dengan niat pemerintah untuk memasyarakatkan Internet, melalui program Internet murah.
Belum lagi produk-produk TI yang menjamur dan harganya makin terjangkau seperti komputer, laptop, dan sebagainya. Fenomena ini tampaknya memicu minat dan daya beli masyarakat, setidaknya di Ibu Kota. Lihat saja pameran Mega Bazar Computer di Jakarta Convention Centre, 12 – 16 Maret lalu.
[Suasana pameran Mega Baza Computer]
Perhelatan akbar TI itu kabarnya mampu menyedot 3o ribu pengunjung, padahal tahun ini pengelola pameran memberlakukan tiket masuk Rp 5 ribu bagi setiap pengunjung. Tapi itu tampaknya tak menyurutkan minat pecinta TI untuk melongok pameran tersebut. Pada akhir pekan, antrian loket tiket memanjang seperti ular, dan situasi di dalam pun berjubel, untuk jalan pun susah.
Ya, berbanding terbalik dengan harga bahan pangan, produk-produk TI justru makin turun. Laptop murah, misalnya, yang dengan harga di bawah Rp 5 juta mulai membanjiri pasar, menyusul sukses Asus Eee PC, kemudian Zyrex, Quantel, dan masih banyak lagi yang menyusul.
Jika dicermati, sudah beberapa tahun terakhir ini terlihat trend minat masyarakat terhadap produk ICT makin meningkat. Setiap pameran barang-barang ICT, selalu dibanjiri pengunjung.
Begitu pula, kawasan terhadap perdagangan ponsel, komputer dan sejenisnya pun makin banyak. Tak cuma di pusat kota, tapi juga sudah merebak ke pinggiran seperti Tangerang, Depok, Bekasi. Gelaran barang-barang teknologi IT bahkan tak cuma di mal, tapi juga sampai ke lapak-lapak.
Apakah itu merupakan pertanda bahwa masyarakat kita makin melek TI atau sekadar wajah konsumerisme sebagai bagian dari gaya hidup? Bagaimana menurut Anda?