Healthy Life with Green Lifestyle

Jumat lalu ada pengumuman tentang pemadaman listrik di sejumlah wilayah di Jabodetabek. Kantorku di wilayah Mega Kuningan, Jakarta, juga kebagian giliran padam listrik. Untuk menghemat listrik, alasannya.

Aha, krisis listrik sudah dimulai. Dan krisis daya ini seakan melengkapi krisis-krisis yang lain di negeri ini, yang sebelumnya sudah akrab dengan kita. Sebut saja krisis ekonomi moneter, krisis air dan udara bersih, krisis moral, krisis BBM, dan masih banyak lagi.

Akhir tahun lalu, di Bali, digelar konferensi dunia yang membahas tentang pemanasan global dan dampaknya bagi bumi ini. Betapa mengerikan melihat dampak pemanasan global akibat pelbagai pembangunan yang tidak mengindahkan alam. Tak heran jika alam pun memberontak dan yang kita rasakan adalah bencana alam yang tak kunjung usai, musim dan cuaca yang mulai sulit diprediksi. Itu semua merupakan potret dari dampak dari pemanasan global.

Pemerintah yang berwenang mengatur lingkungan hidup serta sejumlah LSM yang fokus pada pemeliharaan lingkunan pun sudah mulai bergerak.

Pelbagai program yang tujuannya menggugah kesadaran masyarakat atas lingkungan yang ditinggalinya sudah digelar. Misalnya, setiap hari Minggu di akhir bulan ada “Car Free Day” di sepanjang jalan protokol Jakarta. Lalu penayangan iklan TV tentang dampak pemanasan global dan bagaimana kita harus menjaga alam yang menampilkan mantan Puteri Indonesia Artika Dewi dan Menteri Negara Lingkungan Hidup Rachmat Witoelar.

Menurutku, tugas menjaga lingkungan bukan cuma kerjaan pemerintah, atau LSM, tapi juga kita sebagai individu, bagian dari masyarakat.

Salah satu pasal di Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup menyebutkan , “Terpeliharanya keberlanjutan fungsi lingkungan hidup merupakan kepentingan rakyat sehingga menuntut tanggung jawab, keterbukaan, dan peran anggota masyarakat, yang dapat disalurkan melalui orang perseorangan, organisasi lingkungan hidup, seperti lembaga swadaya masyarakat, kelompok masyarakat adat, dan lain-lain, untuk memelihara dan meningkatkan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup yang menjadi tumpuan keberlanjutan pembangunan.”

Nah, aku memang bukan ahli lingkungan hidup. Tapi, dalam konteks ini secara sederhana, menurutku ada banyak yang bisa kita lakukan, dimulai dari diri kita, keluarga kita, rumah kita dan lingkungan di sekitar kita.

Contohnya, sisakan sebagian lahan kosong di rumah untuk “green area”, taman, sehingga masih memungkinkan ada area serapan air, walau hanya kecil.

taman

Contoh lain, kalau dulu mau ke supermarket di depan komplek mesti naik mobil, sekarang cukup bersepeda saja. Lebih sehat dan hemat bahan bakar.

Gunakan air seperlunya. Aku juga menyarankan pada anak-anakku untuk tidak sering-sering ganti gelas setiap kali minum. Dulu, setiap kali minum ganti gelas, dan gelas yang lama terpaksa di cuci, dan boros air.

Jangan lupa hemat listrik, misalnya mematikan lampu atau AC, jika tidak diperlukan. Tentu saja masih ada banyak contoh lain, seperti hal-hal standar, yakni membuang sampah pada tempatnya, dan sebagainya.

Teman-teman blogger pasti juga bisa melakukan hal-hal kecil seperti itu. Mulai dari sekarang, dari diri sendiri, dari lingkungan terdekat. Kan ada pepatah, sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit.

So, let’s start with us now … di rumah kita, dan di lingkungan sekitar kita lainnya. Yuk …

1 Response

  1. 27 February 2008 at 12:54 pm

    Yess… moga-moga orang se_Indonesia punya kesadaran hijau begini yak!!
    Ikut-ikut Michael Jackson juga ah,
    “Heal the world, make it a better place, for you and for me and the entired human race..”

* All fields are required