Menangani komunikasi “koin”

Aktivitas pengumpulan koin keadilan untuk Prita terlahir karena sebuah spontanitas  milis sehat dan komunitas Langsat, pada Desember 2009.  Dalam hitungan hari telah menjadi isu terhangat di media mainstream. Dimana semua media saling berlomba menampilkan berita tentang koin keadilan  dari pelbagai sudut pandang.

Ini semua tentu bukan hal yang mudah untuk dihadapi  para relawan koin. Karena seperti diketahui, aktifitas ini hadir begitu saja, tanpa ada yang memimpin, tak ada organisasi formal yang menaunginya. Yang terlibat di sini hanya para relawan yang peduli kepada nasib Prita. Ketika tiba-tiba para aktifitas milis sehat dan komunitas Langsat menjadi kejaran wartawan, merekapun kebingungan. Bahkan di saat awal, para ibu anggota milis sehat di Pejaten ini, sempat kucing-kucingan dengan wartawan yang ingin mewawancarai mereka seputar inisitif pengumpulan koin ini. Dikejar-kejar wartawan pagi, siang dan malam. Situasi ini tentu saja sebuah hal yang baru bagi para sebagian relawan di milis sehat. Dan merekapun merasa tidak nyaman dan sempat memilih ”tutup” pintu.

Peran media tentu saja cukup besar dalam penyebaran info tentang koin untuk Prita ini. Tentu saja situasi ”boom” ini tak bisa dihindari begitu saja, tapi justru harus dihadapi dan dikelola dengan baik. Mengingat situasi yang serba mendadak, sumber daya yang terbatas, maka para inisitor koinpun segera mengambil sikap terutama untuk penanganan media. Karena disadari  jika ini tak dikelola baik dari sisi konten (apa yang disampaikan) dan konteks (siapa yang menyampaikan) dikhawatirkan aktifitas ini bisa dimanfaatkan oleh kekuatan-kekuatan yang lain, seperti politik.

situs sebagai sumber info perkembangan dan untuk klarifikasi
situs sebagai sumber info perkembangan dan untuk klarifikasi

Maka, milis sehat dan komunitas Langsat sepakat menunjuk key spokesperson (juru bicara), yang bertugas melayani para wartawan yang ingin tahu perkembangan kegiatan koin keadilan. Mereka adalah: Enda Nasution, Yusro M. Santoso, dan Ndaru Victor. Selain menyepakati jurubicara, kedua belah pihak juga membuat arahan pesan-pesan  yang bisa disampaikan, yakni seputar perkembangan pengumpulan koin. Kemudian sebagai pendukung, informasi penting seputar koin  juga diunggah melalui situs resmi kegiatan koin untuk Prita di http://koinkeadilan.com  Keberadaan situs ini – yang terus diperbaharui dengan pelbagai perkembangan terkini – cukup vital. Tak cuma info positif saja tapi juga untuk mengklarifikasi sejumlah informasi yang tidak benar. Seperti ketika muncul rumor bahwa biaya operasional perhitungan koin selama 4 hari dibiayai dari perolehan koin. Info-info baru di blog tersebut juga disebar luaskan via social media: twitter dan facebook.

Boleh dibilang selama dua minggu ketiga juru bicara ini mendadak menjadi selebritis. Hampir setiap saat muncul di pemberitaan media, baik cetak maupun elektronik. Sebagai gambaran selain media nasional, ada 4 TV asing yang meliput aktifitas koin ini. Dan yang pasti ada 3 TV nasional : TVone, MetroTV dan SCTV yang melakukan tayangan langsung dari Langsat. Tak heran jika jalanan sempit itu disesaki dengan combivan TV-TV itu, yang sudah stand by sejak pagi hari.

Tak cuma melayani liputan media di markas koin, tapi juga harus siap hadir di studio TV untuk sebuah wawancara langsung, misalnya di acara Apa Kabar Indonesia. Mau tak mau para relawan yang dalam kesehariannya biasa tampil kasual dengan t-shirt, harus tampil berbatik. Dan ini kerap jadi bahan selorohan para awak Langsat lainnya, ketika misalnya suatu pagi melihat Yusro sudah rapi dengan batiknya, ”kalau pakai batik berarti mau siaran tivi.”

Peran media begitu besar dalam hal ini. Ia tak cuma memblow-up kegiatan koin tapi media juga menjembatani beberapa kepentingan aksi tersebut. Seperti ketika Langsat menghadapi masalah, kemana koin yang sudah menggunung ini harus dibawa? Ketika pesan ini ditulis di Kompas, dalam hitungan jam, Bank Indonesia merespon melalui telepon. Intinya bank sentral sanggup memfasilitasi penghitungan koin sampai penyerahan koin tersebut ke rekening yang dituju. Kemudian BI lah yang menghubungi Bank Mandiri, dimana Prita punya rekening di bank tersebut.

Pada dasarnya penyebaran informasi – apapun keperluannya – mesti dikelola dengan baik. Mulai dari perumusan pesan, manajemen penyampaian pesan:  pemilihan juru bicara, kanal pendukung sampai evaluasi dari pemberitaan yang muncul. Karena sejatinya media adalah mitra yang tak sekadar untuk penyebaran informasi, tapi juga sebagai  alat untuk mengukur respon. Sehingga bisa disimpulkan bahwa keberhasilan aksi koin keadilan ini juga ditopang oleh kepiawaian  mengelola aspek komunikasinya.
*tulisan ini menjadi salah satu artikel di e-book ”koin keadilan Prita” yang akan segera hadir.

Leave A Reply

* All fields are required