Kalau Bush Bisa, Kenapa SBY Nggak?

Suatu hari, anak saya yang berusia 7 tahun bercerita tentang White House. Dia bisa bertutur dengan fasih tentang Gedung Putih dan isinya. Ada Oval Office, West Wing, dan lainnya. Dia bahkan bisa bercerita tentang kegiatan Presiden AS George W. Bush dan First Lady Madame Laura. Saya takjub. Dari mana dia dapat info selengkap itu?

Ebhin – demikian nama anak lelaki yang kini duduk di klas 2 SD Madania ini – ternyata mendapatkan semua info dari Internet. Ya … Internet telah membuka cakrawala informasi baginya. Karena penasaran, saya pun ikut melongok rumah maya istana Presiden AS ini di White House for Kids.

Rumah maya yang didesain dengan konsep edutainment itu memang menarik untuk anak-anak. Tak cuma ada cerita dan gambar, tapi juga video. Semuanya ditampilkan dengan isi dan gambar cukup menarik untuk anak-anak.

Mau tahu agenda kegiatan presiden dan nyonya? Ada. Ada pula program Meet the President, Coloring pages . Dengan program ini anak-anak bisa memilih dan mengunduh gambar salah satu presiden AS, lalu mewarnainya. Ada video tour di White House, liburan di White House, dan masih banyak lainnya.

Puas menjelajah rumah maya orang nomor satu di AS ini, saya pun mampir ke kediaman resmi Presiden RI alias Istana Negara. Saya coba-coba browsing. Memang terasa bedanya. Istana maya Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ini sangat plain, apa adanya. Isinya melulu informasi yang sangat formal. Informasi tentang ruang-ruang yang ada di dalam istana yang mestinya bisa disajikan dalam bentuk edutainment tak muncul di situ. Tak ada program-program interaktif untuk anak-anak.

Ringkasnya, situs ini hanya untuk orang tua-dewasa saja. Tak mengherankan jika anak saya mungkin, juga teman-teman sebayanya, “buta” info tentang Istana Negara. Padahal mereka sangat boleh jadi ingin mendapat segala informasi tentang kepresidenan, yang tentu saja sesuai dengan kerangka berpikir mereka.

Saya jadi teringat Ninok Leksono, wartawan senior Kompas, tentang perubahan gaya hidup, dalam diskusi di Serikat Penerbit Suratkabar pekan lalu. Ia mengatakan, “Saat ini kita disebut generasi digital migran. Namun, generasi yang lahir setelah tahun 1990-an akan disebut digital native. Mereka ini sejak semula lebih akrab dengan gadget digital daripada koran,” katanya.

Menurut Ninok, untuk berkomunikasi dengan generasi ini, yang notebene bakal menjadi pemimpin masa depan, kita tentunya harus menggunakan media yang tepat, yaitu gadget digital. Dan internet, kini telah menjadi bagian dari kehidupan kaum muda, termasuk anak-anak.”

Itulah, menurut saya, yang ditangkap oleh penguasa tertinggi negeri Paman Sam untuk memberi berbagai informasi sesuai kebutuhan anak-anak.

Jika Kang Bush di sono bisa, tentunya Pak Sby juga bisa. Apalagi Indonesia – tepatnya Jakarta – termasuk salah dari 4 kota dunia yang lalu lintas posting Internetnya tertinggi. Dengan begitu, anak-anak Indonesia tak cuma kenal sejarah Amerika, atau seluk beluk gedung putih, tapi juga piawai ketika diminta bercerita tentang presidennya, istana negaranya, dan sebagainya. Setidaknya mereka tak cuma kenal istana sebagai tempat aksi demo, seperti sering diliput koran-koran dan televisi.

Bagaimana menurut Anda?

3 Responses

  1. 18 November 2007 at 3:25 pm

    Wah, kalau pertanyaannya adalah: “Bisa atau tidak?” Saya optimis bisa!

    Nah, sebelum ke sana, kadang saya malah dihadapkan ke pertanyaan lain… “Apakah pihak-pihak tersebut memandang bahwa ini perlu?”, “Berapa besar biayanya?”, “Bagaimana bikinnya?”

    Ah, dari beberapa pengalaman kecil saya ketika ngobrol dengan “orang-orang yang seharusnya memikirkan hal ini”, kok sepertinya tidak ada sebuah passion untuk hal ini…

    Itu baru White House, NASA juga punya, Yahoo! for Kids juga ada… Disini? Ah, anak-anak sepertinya tidak diberi lebih banyak pilihan informasi.. jadi kayaknya nggak heran ya kalo Spongebob, dan teman-teman lainnya lebih akrab di telinga anak-anak…

    Oops.. maap kalau terlalu panjang…

  2. 20 November 2007 at 12:06 pm

    seperti komentar Thomas Arie, Jika pertanyaannya BISA atau TIDAK, jawabannya saya pribadi yakin PASTI bisa, apalagi praktisi IT Indonesia punya reputasi.

    Masalahnya, pemimpin Indonesia, siapapun itu, apapun janjinya, sebelum terpilih berusaha setengah mati untuk bisa terpilih… setelah terpilih, berjuang setengah mati untuk tidak diturunkan… yang tidak terpilih, berjuang sepenuh tenaga, untuk menjatuhkan… mana ada waktu buat membenahi website negara…

  3. 23 November 2007 at 12:31 pm

    Sebetulnya, dalam skala kecil, deplu telah memulainya. cobalah buka http://www.deplujunior.org. Ini adalah situs yang ditujukan buat anak-anak yang di dalamnya berisi informasi tentang kegiatan di departemen luar negeri, seperti kegiatan pak menteri, duta bangsa, duta budaya seperti paskibrata, juga kegiatan seperti kerja sama internasional. Kabar dari sabahat sangat menarik disimak karena menceritakan berbagai pegalaman anak-anak yang tinggal diluar negeri. Malah ada pula konten game. Masih sederhana sih. Tapi setidaknya usaha yang dirintis Deplu ini patut kita hargai. Lebih dari itu ini merupakan contoh, bagaimana kita saat ini sudah harus mulai memikirkan konten untuk anak-anak yang positif, aman, dan layak untuk mereka lihat, selain juga tentu saja bernilai tinggi.

    Nah, kalau sudah begini, tunggu apa lagi? Tidak ada yang susah bagi SBY, asal ada kemauan dan perhatian pasti bisa. Hanya saja siapa yang akan membisikkan kepada SBY bahwa situs http://www.SBYuntukanak.org –atau apapun namanya nanti– perlu dibuat? Masih ingat dalam ingatan kita, tanpa Roy Suryo yang mencoba masuk dalam lingkaran istana lewat Partai Demokrat, rasanya situs sby yang ada sekarang tak akan pernah ada. Lantas apakah Mas Roy juga yang harus meyakinkan TIM SBY di istana?

Leave A Reply

* All fields are required