Saat ini, ada 2 jenis “prestasi” yang gemar diburu sejumlah perusahaan di Indonesia. Yaitu: award dan rekor MURI.
Lihat saja iklan-iklan sejumlah perusahaan yang memamerkan pelbagai penghargaan yang sudah berhasil mereka peroleh. Deretan penghargaan tentu saja diharapkan dapat meningkatkan awareness, citra, juga kredibilitas perusahaan. Apalagi jika penghargaan itu diberikan oleh organisasi yang dinilai credible oleh masyarakat.
Tahun ini saja, ada puluhan penghargaan di pelbagai bidang, dan apa saja itu, sulit diingat. Ada penghargaan yang memang diberikan oleh lembaga pemeringkat yang terpercaya. Tapi ada juga yang tak jelas kredibilitasnya. Ada yang tanpa biaya, tapi ada pula — yang bukan rahasia — untuk mendapatkan sebuah penghargaan mesti membayar jumlah tertentu. Maka jangan heran, bila ada perusahaan yang mendapat penghargaan tertentu, dan selalu menempelkan medali penghargaan tersebut dalam setiap komunikasi pemasarannya, tak lama kemudian malah mati.
Produk konsumer dan produk pelayanan, termasuk industri ICT adalah wilayah yang ramai penghargaan, yang diberikan pelbagai organisasi seperti media, lembaga survei maupun oleh departemen tertentu.
Sebut saja Indonesia ICT Award, Selular Award, Golden Ring Award, Telset Telematika Award, Marketing Award, Indonesia Best Brand Award, dan lain-lainnya. Coba googling, dan kita akan menemukan ratusan penghargaan, dalam pelbagai kategori, termasuk yang aneh, dan membuat jidat berkerut karena tak tahu apa itu.
Selain award, mendapatkan rekor MURI juga telah menjadi fenomena. Indosat pernah mendapatkan MURI untuk voucher raksasanya yang berukuran 6 x 4 meter, dan yang terakhir rekor Muri untuk reportase radio terbanyak bagi indosat selama mudik lebaran. XL juga tak ketinggalan, pernah mencatatkan rekor MURI untuk pembuatan puzzle terpanjang, juga stiker terbesar yang terpasang di kaca gedung (stiker spiderman). Juga kostmetik Sari Ayu Martha Tilaar pernah menggenggam rekor MURI untuk merias seribu wajah.
Yang menggelitik buatku adalah, sejauh mana penghargaan-penghargaan atau rekor MURI tersebut punya peran dalam mempengaruhi persepsi pelanggan terhadap produk atau layanan yang ditawarkan perusahan? Atau bahkan bisa mempengaruhi calon pelanggan untuk memilih sebuah produk. Semisal, produk A disebut the best product, pelanggan akan serta merta mempercayainya.
Selain itu pertanyaan yang juga kerap menggangguku, adalah, apakah kredibilitas penghargaan juga dipengaruhi penyelenggaranya. Kalau yang melakukan organisasi A pasti dianggap obyektif dan independen, tapi jika penyelenggaranya organisasi B sebaliknya, diragukan
Di luar nilai prestisenya mendapatkan award, masih kerap terdengar nada sumbang terkait per-award-an ini. Semisal, bisik-bisik, bahwa jalan menuju menang bisa dicapai melalui beberapa cara. Katanya, ada yang melalui sponsorship. Atau sekedar gunjingan lain yang mengatakan, jatah award bisa dibarter dengan, “beli meja saat acara penghargaan”.
Yang lebih ekstrem, aku pernah beli produk vitamin yang berstiker, Superbrands 2005 dan temanku yang bekerja di industri farmasi berujar ringan, “Ah yang kayak gini mah bisa dibeli, perusahaan tempat gue kerja juga pernah ditawari kalau mau bayar USD 10.000.” Hemmm……
Apakah bisik-bisik itu mencerminkan apa yang terjadi di balik lahirnya sebuah penghargaan, walahualam. Yang pasti, sebagai pelanggan, pengguna produk – layanan ICT tentu Anda punya cerita atau komentar tersendiri tentang hal ini, silakan dibagi di sini.
Blog Strategi + Manajemen
Kalau Best Brand Award (Mars) dan ICSA Handy Irawan…..kredibel, karena memang diriset secara empirik. Namun kalau Superbrand, ya memang ketahuan, sejak dulu ini paid-award.
Bagi merek yang belum bisa masuk ke Best Brand atau ICSA, biasanya akan tergoda dengan Superbrand. Belum masuk artinya ada dua : kategori produknya memang belum diriset oleh ICSA atau BB; atau kategori sudah diriset, tapi belum bisa nomer satu.
Namun ICSA dan BB, karena sudah terlalu rutin, jadi sekarang gemanya ndak sekuat dulu.
EnWui
g juga termasuk orang yg ga gt pentingkan award… tapi… yang penting itu bukan g atau yg kita pikir, tapi apa yg “pasar” pikirkan, soalnya -sory neh tp ini pendapat g- pasar kita masih belum well educated, contoh jelas orang2 dkt rumah atau teman2 g, liat HP W980i memenangkan penghargaan sebagai hp dgn audio terbaik 2008, langsung dimata mereka image W980i tu tinggi bgt, padahal lembaga pemberi award itu jujur br kali itu mereka dgr, tp mrk ga peduli yg penting award winner da jaminan bagus drpd yg ga dpt award… SUGESTI, tepat gak istilahnya? Pasar yakin produk A bagus karena da pernah dapat award a, b, c, d… Bahkan saya yakin masyarakat lebih hapal award award apa saja yg sudah dimenangkan produk A daripada spesifikasi produk A itu sendiri
mbulet
tapi ternyata ada award yg bikin yang menang dan kalah terkaget juga bahkan sampai protes lho….
Ardhi Hardiyan
Award penting bagi yang membutuhkan. Tapi sebagai org awam, bagi saya award itu jgn dijadikan alat untuk mendongrak semua nama/popularitas seperti yg dilakukan belakangan ini sebut saja award bidang pertelevisian, operator telekomunikasi, perbankan dsb.
Disini saya melihat award yg didapat/diberikan oleh lembaga survey (spt gambar diatas) sangat2 tidak sesuai dengan fakta/kenyataan dilapangan. Award hanya tinggal award saja.. sebut sajalah award dibidang telkomunikasi, mari kita lihat di lapangan tentang hal itu apakah sesuai dengan award itu ato tidak, saya yakin tidak jwb nya. Yang paling sering saya denger adalah spt The Best Call Center, The Best Opr dsb.
Dan yang parahnya lagi itu penilaian untuk sebuah award dilakukan oleh lembaga survey. Saya terus terang tidak percaya akan lembaga survey baik di bidang pertelevisian, operator telekomunikasi, perbankan dsb. Karena saya melihat lembaga survey hanya mengambil sample data yg jumlah sedikit lalu bs dijadikan parameter sebuah kebehasilan. Omong kosong.
Dan dari pengalaman sendiri, saya pernah didatangi oleh lembaga survey (nmnya tidak usah saya sebutkan) yang berasal dari jkt, yg selalu memberikan award2 kpd opr telekomunikasi. Mereka datang untuk melakukan survey ke ktr saya, namun apa yg terjadi…para ptgs survey nya tidak menguasai satupun tentang apa2 yg ingin mereka tanyakan (survey) dan malah balik nanya ke saya, dan terpaksa saya sendiri yg ngisi quisioner nya. Apakah award spt itu layak didapat?
Menurut saya kl ingin melakukan survey spt untukbidang telko silahkan saya opr yg bersangkutan melakukan survey ke semua pelanggannya, dgn cara mungkin melalui sms dsb itu hasilnya pasti akan jauh lebih akurat dan dpt dipertanggung jwbkan.