Menkominfo Tifatul Sembiring/TS ingin memberikan sentuhan yang berbeda di sektor ICT yang dipimpinnya. Dengan lebih mengarahkan ke yang ramah lingkungan. Untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar perangkat jaringan base transceiver station (BTS) yang ‘hijau’, Depkominfo pun kata dia, akan diajak bersinergi dengan Departemen Pertanian.
“Saya punya program untuk bagi-bagi sapi 10-20 ekor per keluarga di pedesaan,” kata TS seperti dikutip di sejumlah media. “Kotoran sapi itu diolah dengan baik, akan sanggup menyuplai satu green BTS. Ini untuk mengantisipasi isu global warming,” lanjutnya. “Kalau bisa diaplikasikan di beberapa tempat, BTS itu tidak akan memakan banyak solar lagi untuk genset atau menarik kabel listrik. Ini lebih hemat dan ramah lingkungan,” tambahnya.
Ditengah keraguan pelbagai kalangan telekomunikasi tentang rencana TS mengganti aliran listrik dengan biogas kotoran hewan, sebaliknya lelaki kelahiran Bukit Tinggi justru optimistis. Karena, “Saya selama delapan tahun menangani tehnis mengefisienkan bahan bakar,” jelasnya.
Boleh jadi itu ide baik, dan pengalaman TS selama sewindu bergelut dengan kotoran sapi memang menunjukkan nilai efisiensinya. Namun, ketika soal teknis itu kemudian mengemuka menjadi salah satu program strategis Kominfo yang baru, maka ada banyak hal yang perlu diperhitungkan. Ya biaya vs manfaat, skala ekonomisnya, serta data : seberapa banyak BTS yang lokasinya memang memungkinkan energinya disuplai biogas kotoran sapi.
Sejatinya, selama lebih dari satu dasawarsa industri telekomunikasi eksis di Indonesia, sejumlah solusi untuk menciptakan infrastruktur yang ramah lingkungan telah dilakukan operator maupun vendor penyedia perangkat. Misalnya BTS dengan memanfaatkan tenaga surya seperti yang sudah diaplikasikan Indosat, atau menggunakan tenaga hidrogen seperti yang telah diuji cobakan Axis. Yang pasti, isu Green ICT juga telah menjadi salah satu agenda yang dibahas di dalam ITU Telecom World 2009. Artinya ini juga telah menjadi concern dunia.
Persoalan yang mestinya dicermati, benarkah isu pasokan listrik ke BTS operator telekomunikasi sudah sedemikian menyedot kebutuhan listrik secara nasional, dan mengganggu pertumbuhan industri sektor lain yang lebih membutuhkan? Sehingga harus menjadi prioritas program departemen ini? Karena sebuah kebijakan departemen tak bisa lahir secara impulsif. Diperlukan pengkajian lebih mendalam agar tidak menjadi prematur, dan menguap tanpa bekas seperti biogas.