Masyarakat Itu Pemaaf

Kasus video porno yang pelakunya diduga mirip penyanyi terkenal Ariel,  artis Luna Maya dan Cut Tari, sepertinya masih akan menjadi topik hangat di di media-media Indonesia sampai beberapa waktu ke depan. Pasalnya, kedua selebriti yang diduga pemilik video itu ”menghilang”, dan masalahnya menjadi ”rumit” karena pelbagai pihak yang punya otoritas memberikan opini yang beragam.  Dan isu menjadi semakin liar ketika sosok yang dibicarakan, tak memberikan tanggapan. Bisa diduga gaung isu yang tak ketahuan kebenarannya menjadi semakin luas dan tak terkendali. 

Kasus ini memang bukan peristiwa ”heboh” pertama yang terjadi. Di masa lalu, anggota DPR RI Yahya Zaini juga tersandung video heboh bersama penyanyi Maria Eva. Video esek-eseknya yang direkam melalui ponsel beredar dan menjadi topik hangat kala itu. Seorang pejabat tinggi negara, berkeluarga yang terlibat hubungan mesum dengan perempuan lain.

Di negara paman Sam, tentu kita masih ingat kasus Monica Lewinsky dan presiden AS George Clinton, yang nyaris membawa Clinton ke impechment. Dengan dukungan isterinya, Hilarry, orang nomor 1 di AS ini mengakui kekhilafannya. Dan publik pun bisa menerima dan memaafkan.

Di Indonesia, penyelesaian serupa juga terjadi, saat  dengan ’ikhlas’ Yahya dan Maria kemudian mengakui bahwa pemeran video itu memang dirinya dan mereka minta maaf. Tentu ada sanksi sosial yang mereka alami  dari kejadian itu: Yahya harus mundur dari gedung dewan, dan Maria pun kemudian menikah, punya anak. Dan sepertinya masyarakatpun bisa  memaafkan dan melupakan. Buktinya pasal-pasal  hukum yang kala itu sempat dilontarkan untuk jerat pelaku yang diduga menggugurkan kandungan tak terlaksana.

Merujuk dari kasus serupa yang pernah terjadi, akan lebih baik bagi Ariel – yang dianggap sebagai biang persoalan – untuk muncul dan ”mempertanggung jawab”kan kemelut ini. Jika memang dia, akui saja, dan minta maaf.

Tentu saja akan ada ‘kerusakan” terhadap reputasi mereka, namun, problemnya bisa lebih mudah dilokalisir. Sanksi sosial juga pasti terjadi, namun, dengan berjalannya waktu masyarakat akan melupakan. Apalagi jika dalam masa recovery, pihak-pihak yang berlakon bisa melakukan aktifitas yang berbau sosial. Dan menunjukkan itikad untuk memperbaiki tingkah laku mereka. Yang ujungnya juga untuk memperbaiki “damage” yang sudah terjadi.

Akankah para pihak yang jadi buah bibir masyarakat ini berani tampil di depan umum dengan lagu maafnya? Mari kita tunggu.

Leave A Reply

* All fields are required