Dua minggu terakhir ini aku banyak berkenalan dengan orang-orang baru. Kebanyakan diperkenalkan oleh kawan-kawanku. Relasi baruku ini adalah individu-individu yang berbeda, dengan latar belakang masing-masing. Tapi ada kesamaannya, yaitu yang mereka pertukarkan denganku. Apa itu? Alamat email dan nomor hape.
Setiap kuulurkan kartu nama, kemudian mereka lihat, alamat email dan nomor hape. Jika tak tersedia, “boleh minta alamat email dan no hapenya?”, begitu umumnya permintaan mereka. Begitu pula yang kulakukan, mengumpulkan alamat email dan no hape.
Nomor telepon genggam, boleh bilang sudah mewakili indentitas seseorang. Maka tak heran jika kerap kali orang enggan berganti provider – walau operatornya sudah kerap bikin dia jengkel – hanya karena nomornya. “Saya sudah pegang no ini bertahun-tahun, semua relasi sayasudah tahu no ini,” begitulah alasan mereka.
Adanya telepon genggam, juga bisa membuat komunikasi bisa lebih personal. Tak perlu melalui sekretaris, atau operator, dan bisa langsung ke sasaran. Jika takut mengganggu, umumnya orang bisa mengirim sms terlebih dahulu, jika bersambut, maka pembicaraan verbal pun bisa dilakukan.
Alamat email, kini juga nyaris sama pentingnya dengan nomor hape. Sifatnya juga personal, langsung ke tujuan, dan bisa dibuka kapan saja, sesuai ketersediaan waktu si pemilik email. Email akan melengkapi komunikasi via hape yang mungkin dianggap terbatas.
Kedua sarana komunikasi di atas kemudian berkembang, ke model-model lain, seperti YM, GTalk, Window Life Messenger, dan lainnya. Yang intinya alat komunikasi yang bersifat personal, dan efisien. Yang lain? Alamat kantor, nomor fax, nomor telepon kantor menjadi tak terlalu penting lagi. Bahkan, info-info tersebut kini tak lagi kumasukkan dalam database yang kupunya.
Nomor hape adalah bagian dari identitas diri. Imel menjadi kotak pos dan keranjang informasi. Bahkan, sekarang keduanya dilengkapi personal web alias blog. Blog sebagai rumah maya yang berguna untuk ajang diskusi, sharing dan bersosialisasi. Kini, memiliki ketiganya adalah biasa. Jika lebih, itu bagus. Lalu, masih perlukah alamat kantor atau rumah di kartu nama Anda?
Epat
jaman dulu banged, seseorang dikenal atas keturunannya misal si fulan anak dari abdul.
lisa
Iya, sekarang IM pun sudah tersegmentasi. Kalau YM untuk urusan chit chat dengan “sejuta” umat, Gtalk untuk dengan kelompok terbatas (urusan kantor kebanyakan), Window Life Messenger dengan teman atau relasi yang ada di luar negeri (umumnya mereka pakai ini). Kalau mau lebih “terbatas” lagi ya PIN Blackberry bagi para pengguna BB.
EnWui
quote :
Nomor telepon genggam, boleh bilang sudah mewakili indentitas seseorang. Maka tak heran jika kerap kali orang enggan berganti provider – walau operatornya sudah kerap bikin dia jengkel – hanya karena nomornya.
Betul…
kapan ya Indonesia bisa satu nomor pindah2 operator, apa itu istilahnya, Number Portability?
Riri
Seharusnya dilengkapi dengan foto. Kadang kita bertemu berpuluh-puluh orang, jadi foto bisa bantu mengingat muka dari si empunya nama. Ya ngak?
AlexM
Your blog is interesting!
Keep up the good work!
agusms
bener ya,sy jg dah ga masukin alamat fisik di kartu nama. Blog/ web sbg rumah dan ym sebagai direct line hehe.
Salam kenal ya mbak,silahkan mampir ke blog sy.
Pareng
rara
gW PeNgEN KenALAn mA sEmUax dUnK
masdar
boleh aku berkenalan dengan anda dan saya akan membuka tentang latar belakang saya pribadi
boleh saya berkenalan