How to implement CSR?

Ini tentang pengalamanku. Jumat malam lalu, aku belanja di Metro Department Store (MDS)  di Mal Pondok Indah. Saat membayar di kasir, aku ditawari  untuk ikut program donasi MDS,  menyumbang Rp 50 ribu, dengan imbalan mendapat voucher belanja Rp 100 ribu (kalau tidak salah). Sebelum menyetujuinya, aku bertanya ke petugas MDS,” mau disumbangkan ke mana dananya?”  “Ke terumbu karang”, jawab petugasnya.

Ooo, aku memutuskan tidak berpartisipasi pada program tersebut. Sederhana pertimbanganku. Menyumbang ke program pelestarian terumbu karang, bukanlah prioritas ku saat ini.  Kalau mau menyumbang (secara langsung ataupun melalui model pembelanjaan seperti ini), aku akan memilih ke program yang lebih sesuai dengan concern ku.  Semisal, pendidikan anak, kesehatan, ataupun kalau soal lingkungan ya yang lebih riil dan ada di sekitar kita seperti penghijauan dan sebagainya.

MDS mungkin  tak salah menggelar  program Corporate Social Responsibility (CSR)  atau lebih tepat disebut social marketing seperti  itu. Seperti pernah kutulis di blog ini beberapa saat lalu (Mengintip CSR Indonesia). Semangat untuk melakukan CSR memang sedang melanda korporasi di Indonesia,  dan tak sedikit yang mencoba melibatkan pelanggannya seperti yang dilakukan MDS. Hanya persoalannya, kebetulan programnya tidak sesuai dengan priopitasku. Jika terjadi seperti: program  tidak sesuai dengan Customer Insight atau kebutuhan (emosional)  pelanggannya, bisa jadi  program tersebut menjadi kurang powerful.  Dan ujungnya tidak mampu menjadi alat untuk membangun emotional bonding pelanggan.

Memahami customer insight sangat penting, ketika sebuah korporasi memiliki program yang melibatkan pelanggannya. Apalagi jika  kegiatan tersebut juga disesuaikan dengan issue yang sedang hangat dan menjadi kepedulian secara nasional. Dalam kasus  MDS, akan lebih baik ,  jika dalam program donasi ini, pelanggan diberikan pilihan.

Misalnya, MDS menyiapkan 3 area  program sosial: kesehatan, pendidikan anak, dan lingkungan.  Sehingga ketika seorang pelanggan ditawari program sosial, punya beberapa pilihan. Yang concern di bidang pendidikan, tetap bisa menyalurkan donasinya via korporasi ini, begitu pula yang minat di bidang kesehatan serta lingkungan

Dalam program tersebut, MDS bisa bekerja sama dengan lembaga atau LSM yang memiliki reputasi baik di bidangnya. Pemilihan mitra yang memiliki reputasi bukan tanpa alasan. Dalam pelaksanaan program CSR adanya  mitra kerja yang punya kredibilitas, akan memberi nilai positif dan menunjang kesuksesan program tersebut.  Karena, saat seseorang memberikan sumbangannya, ia harus merasa yakin, bahwa donasinya akan dimanfaatkan dan dikelola secara baik dan jelas pertanggungjawabannya.

Yang  tak kalah penting adalah mengkomunikasikan program tersebut. Agar konsumen (sasaran program) paham dan akhirnya mau terlibat dalam kegiatan ini. Semisal, bisa dalam bentuk brosur, dan aku baru tahu nama program ini adalah “save the beauty of our world” ketika membuka website MDS. Hal penting lainnya adalah  laporan pertanggungjawaban dari program tersebut. Bila memungkinkan, ajak beberapa wakil konsumen terlibat dan ikut program ini, misalnya saat penyerahan donasi.

Ada beberapa manfaat yang bisa diambil oleh  MDS dengan program CSR seperti itu: Networking di area LSM jadi lebih kuat, emotional bonding pelanggan terbangun. Dan  yang tak kalah penting, mendapat database pelanggan, terutama terkait dengan minat pelanggannya  di bidang sosial.  Ada punya pendapat lain? Silakan……………

1 Response

  1. 21 August 2008 at 11:57 am

    sepakat…..yang dibutuhkan negeri ini ialah sumbangan untuk pendidikan dan kemiskinan, tapi tanpa mengabaikan terjaganya lingkungan.

    Mudah-mudahan lebih banyak csr yang mengalir ke sektor itu………..he..he

    Wassalam

    Awip

* All fields are required