Kini saatnya kolaborasi.

Umumnya iklan selalu mewakili satu produk atau sebuah korporasi. Namun, saat-saat ini di televisi ada tiga produk yang berkolaborasi dalam sebuah iklan. Mereka adalah para  pemimpin pasar  di bidangnya, yaitu: Jamu tolak angin Sido Muncul, The Botol Sosro, dan Kacang Dua Kelinci. Mereka bertiga melakukan co-branding untuk mengkampanyekan “Cinta produk lokal”.

Co-branding bukanlah hal baru dalam dunia pemasaran. Sejumlah produk kerap melakukan kampanye merek bersama, contohnya: Garuda-Citibank, Telkomsel-Citibank, Carrefour-BCA, dan masih banyak lagi. Namun, langkah co-branding yang selama ini dilakukan adalah lebih bersifat product bundling, yang difokuskan untuk akuisisi pasar atau tepatnya pelanggan baru.

Hal lain, kampanye produk cinta produk dalam negeri, juga tak bisa dikatakan baru. Karena di jalam Orde baru, kampanye semacam ini juga gencar dilakukan pemerintah Suharto kala itu. Misalnya di bawah payung kampanye yang bertajuk:  “Aku Cinta  Indonesia”, yang terkenal dengan singkatan ACI.

Eranya kolaborasi
Eranya kolaborasi

Nah, langkah yang 3 produsen ini memang ibarat oase di musin kemarau, dan layak disebut cerdik. Pertama, 3 merek produk ini adalah  prominent di kategorinya, dan dikenal memiliki mutu yang baik di kelasnya. Kedua, dengan kekuatan di mutu, mereka hand on hand untuk meningkatkan rasa percaya diri  produk-produk dalam negeri. Nah yang terakhir, ketiga produsen tersebut tampaknya memahami betul makna kolaborasi.

Jika di era sebelumnya, kita kenal istilah co-opetition, dimana dunia bisnis kerap ditantang untuk  tak cuma berkompetisi tapi juga bekerjasama. Dan di sejumlah industri itu memang terjadi, seperti di telekomunikasi. Bahwa mereka saling bersaing berebut pelanggan, tapi para operator telepon  juga berkolaborasi berbagi pendapatan di saat pelanggan operator A menghubungi pelanggan operator B, begitu sebaliknya.

Kini, seperti dibahas dalam buku berjudul “Wikinomics”, karangan Don Tapscott dan Anthony D. Williams, adalah era kolaborasi. Karena kolaborasi adalah kekuatan yang sangat dahsyat. Internet  adalah salah satu bentuk kekuatan kolaborasi. Dan Tolak Angin, Teh Botol Sosro dan Kacang Dua Kelinci, sudah memulai azas kolaborasi dunia maya, ke dunia nyata.

Mulanya ketiga produsen berkolaborasi untuk membangun citra bersama, dalam “tema”  kepentingan yang  luas, yakni citra produk dalam negeri. Namun,  ke depan, bisa jadi kolaborasi ini akan dilanjutkan ke arah sasaran  bisnis yang lebih riil. Untuk meningkatkan posisi mereka di pasar,  misalnya. Bagaimana menurut Anda?

3 Responses

  1. 17 March 2009 at 9:35 am

    Yup, mereka memang juara sejati. Indonesia yang melejit dengan ke-Indonesia-nya. Seperti yang ibu sebutkan, sebuah bentuk kolaborasi hebat dari mereka yang hebat dan untuk tujuan yang hebat. Basisnya kuat dan mengena.

  2. 21 March 2009 at 8:25 pm

    strategi ini bisa gak dipakai oleh operator-operator telko? misalnya mengusung isu bersama: meyakinkan publik bahwa mrk tetap merah putih meski sahamnya banyak dikuasai asing. Atau meyakinkan publik bahwa mereka tetap mengutamakan kualitas dan harga terjangkau, hehehee… Tujuannya biar dikasi diskon lisensi 3G (makin ngawur ya saya :D)

    hai mbaa…. saya mampir yaa…

  3. sherko
    Reply
    28 March 2009 at 8:19 am

    Beberapa waktu sebelum ketiga produk itu “bersatu”, seingat saya President SBY datang berkunjung ke Sosro untuk semacam campaign pemakaian produk nasional. SBY mengutarakan kebangganya pada perusahaan dalam negri yang punya market sebesar Sosro. Sedikit beriklan, SBY bahkan minum Sosro sambil berkata “Ini minuman favorit keluarga saya”..

    Saya lupa apakah kunjungan dan kampanye cinta produk lokal yang sama di lakukan SBY ke Sido Muncul dan Dua Kelinci. Kalau betul ada, saya sedikit curiga kalo iklan itu bukan inisiatif atau usaha co-branding murni dari ketiga perusahaan tsb, tapi adalah promosi dan dorongan pemerintah untuk mengkampanyekan cinta produk lokal.

    Pak JK, sudah beberapa kali sidak “sepatu” di depan umum dan wartawan. Menyuruh menteri-menteri mebuka sepatu dan mengumumkan merek sepatu yang dipakai, ini juga bagian dari usaha kampanye pemakaian produk dalam negri.

    Untuk dunia telekomunikasi, menurut saya MVNO (Mobile Virtual Network Operator) atau peraturan “National Roaming” dapat menjadi jembatan menghadirkan skema co-branding yang lebih nyata. Namun sayangnya belum ada yang memulai, atau memang regulasi nya belum ada yah..? Gimana Menurut Bu Lisa?

    Thanks

    Salam,
    Sherko

* All fields are required